Jumat, 08 Mei 2009

Hakikat Pendidikan dan Kehidupan Manusia

Hakikat Pendidikan dan Kehidupan Manusia


Materi yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan pendidikan itu, baik dari segi etimologis maupun terminologis.

Dari segi etimologis (asal usul kata), pedagogy or paedagogy is the art or science of being a teacher. The term generally refers to strategies of instruction, or a style of instruction (wikipedia.com). Pendidikan adalah seni atau ilmu tentang bagimana menjadi seorang guru. Istilah itu pada umumnya merujuk pada beberapa strategi pengajaran atau gaya mengajar. Secara etimologis paedagogy berasal dari akar kata Bahasa Latin “pais” artinya anak, dan “gogos” artinya membimbing. Dengan demikian, pendidikan artinya membimbing anak. Paedagogy dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “education” yang juga berasal dari akan kata Bahasa Latim “educare” yang artinya membawa keluar yang tersimpan di dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya.

Untuk memberikan wawasan tentang hakikat pendidikan, berikut ini disebutkan beberapa definisi pendidikan dari beberapa ahli dalam tabel berikut.

Tabel III.1: Beberapa Definisi Pendidikan

No.

Ahli Pendidikan

Definisi Pendidikan

1

Brubacher

Education should thought os as the process of man’s reciprocal adjustment to nature, to his fellows, and to the ultimates nature of the cosmos. Pendidikan haru dipikirkan sebagai proses penyesuaian timbal balik antara manusia dengan alam, dengan manusia lain, dan dengan semesta alam.

2

M.J. Langeveld

Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat bertanggung jawab atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri.

3

Hoogveld

Mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri

4

Sis Heyster

Mendidikadalah membantu manusia dalam pertumbuhannya agar ia kelas mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang lain

5

John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

6

Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, agar mereka dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.

7.

D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

8

Sumantri Brojonogoro

Pendidikan adalah memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhnan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniah dan rohaniah.

9

M. Noor Syam

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, cipta, karsa, rasa dan budi nurani) dan jasmani (penginderaan serta keterampilan-keterampilan).

10

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sumber: Madyo Ekosusilo, 1987: 13 – 15.

Selain definisi tersbut, cobalah berusaha untuk memahami pandangan John Dewey tentang pendidikan dalam tulisannya sebagai berikut: “In sum, I believe that the individual who is to be educated is a social individual and that society is an organic union of individuals. If we eliminate the social factor from the child we are left only with an abstraction; if we eliminate the individual factor from society, we are left only with an inert and lifeless mass. Education, therefore, must begin with a psychological insight into the child's capacities, interests, and habits. It must be controlled at every point by reference to these same considerations. These powers, interests, and habits must be continually interpreted--we must know what they mean. They must be translated into terms of their social equivalents--into terms of what they are capable of in the way of social service”.

Menurut John Dewey, pendidikan merupakan proses sosial. Individu yang akan memperoleh pendidikan --- mulai sejak bayi yang dilahirkan --- berada dalam kehidupan sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan individu tersebut. Individu tersebut disebut sebagai ”social individual” atau individu yang dalam kehidupan sosial. Sedang masyarakat adalah satu kesatuan organik dari individual-individual. Jika akan memisahkan faktor sosial dari individu, maka yang tertinggal adalah hanyalah sebuah abstraksi. Sebaliknya, jika akan memisahkan faktor indovidu dari masyarakat, maka yang tersisa adalah masyarakat tanpa kehidupan.

Kehidupan pada hakikatnya sebagai proses pendidikan yang sebenarnya (the true educational process). Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita.

Proses pendidikan telah membentuk manusia secara individual. Proses pendidikan pulalah yang telah membentuk manusia sebagai komunitas, atau bahkan sebagai bangsa dan negara. Kita dapat belajar dari sejarah kehidupan suatu bangsa, katakanlah bangsa Jepang, yang melatarbelakangi bagaimana bangsa Jepang telah mendidik bangsanya menjadi negara dan bangsa yang maju di dunia. Ketika Jepang mengalami kehancuran karena kalah dalam Perang Dunia II, kaisar Jepang menanyakan ”berapa guru yang masih tersisa”. Beliau tidak menanyakan berapa tentara yang masih ada. Bukan pula kekayaan alam yang masih ada. Tetapi dengan guru yang masih tersisa, bangsa Jepang mulai membangun bangsanya. Ternyata, kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh melimpahnya kekayaan alamnya, tetapi oleh kegigihan bangsa itu dalam perjuangan hidupnya.



Kehidupan manusia sejak penciptaan yang pertama sampai dengan saat ini dapat diklasifikasikan dalam empat zaman atau era:

1. Food Gathering
2. Green Revolution
3. Industrial Revolution
4. Teknologi Informasi

Dalam era food gathering, manusia hidup dalam pola mengumpulkan bahan makanan yang tersedia di alam. Kehidupannya masih nomaden atau berpindah-pindah dari daerah yang satu ke daerah yang lain, susuai dengan kondisi bahan makanan yang tersedia. Mereka hidup dalam gua-gua. Di samping mengumpulkan bahan makanan, mereka juga hidup dengan berburu.

Dalam era green revolution, manusia sudah hidup menetap (sedenter) dan telah dapat membuka lahan untuk menghasilkan bahan makanan. Bahkan merka juga telah membuka hutan untuk dikonversi menjadi sawah dan perkebunan untuk dapat menghasilkan bahan makanan yang dibutuhkan. Ketika tanahnya sudah tidak subur lagi untuk dapat menghasilkan bahan makanan, manusia juga telah berhasil dalam melakukan program intensifikasi pertanian.

Dalam era industrial revolution, manusia telah menemukan berbagai mesin. Sistem produksi tidak lagi dikerjakan dengan tangan atau memanfaatkan hewan, tetapi telah menggunakan mesin. Berkat penggunaan mesin tersebut lahirlah jenis pekerjaan yang dikenal dengan industri, yakni usaha untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Tingkat produktitas menjadi melimpah (over production), dan oleh karena itu memerlukan perluasan pasar. Pada era inilah lahir usaha negara produsen untuk menjual barangnya ke negara lain. Mula-mula mereka mengadakan perdagangan dengan negara-negara itu. Lama-kelamaan muncul gagasan untuk menguasai daerah tersebut sebagai daerah jajahan. Maka lahirlah masa imperalisme, dengan membawa slogan 3 G’s, yaitu (1) gold, (2) glory, dan (3) gospel. Gold dimaknai sebagai kekayaan, glory dimaknai sebagai kejayaan, dan gospel dimaknai sebagai penyebaran agama dan keyakinan.

Sejarah kehidupan manusia harus dapat menjadi bahan pelajaran bagi manusia.

Panggung sejarah manusia menunjukkan bahwa kehidupan manusia saat ini merupakan gambaran dari usaha untuk menjadikan dirinya sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya agar manusia dapat menjadi khalifah di dunia ini.

Manusia memang unik. Manusia yang berhasil karena tempaan kesulitan hidupnya. Tempaan hidup dapat berupa pengalaman, bahkan berupa cobaan hidup yang menderanya. Mereka yang tahan terhadap tempaan hidup ini akhirnya akan membentuk diri manusia yang sesungguhnya. Ada beberapa contoh bahwa kehidupan sebagai proses pendidikan. Bacalah biografi beberapa orang penting. Misalnya ”who’s who”, biografi para presiden, biografi para tokoh, biografi pada penemu, dan sebagainya. Tuliskan kembali apa yang telah Anda baca. Silahkan membuka lampiran 1: power point tentang refleksi dan tindakan.


5 komentar: